Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » , » Salahkan Cinta?

Salahkan Cinta?

Posted by fimny on Sabtu, 25 April 2015

Irwan.
Cinta menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta “cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau tertarik hatinya”. Cinta itu adalah suatu kecendurungan hati terhadap apa yang dicintai, disayangi dan disukai. Perasaan cinta tertuju pada suatu yang dapat menarik perhatian dan menyenagkan hati. Hati akan terasa senang jika yang dialami adalah suatu yang indah dan dari keindahan itulah muncul bebagia macam obsesi dan semangat juang untuk mendapatkan dan mengembangkan cinta yang hadir dari keindahan yang dimiliki oleh suatu yang dicintai, disayangi, dan disukai.

Cinta juga pada dasarnya merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah S.W.T, kepada setiap manusia. Cinta pada awalnya juga suatu hal yang suci dan murni yang akan menjadi hal yang baik dan bermanfaat jika disalurkan dan dikelola dengan baik dan benar demikian pun sebaliknya akan jadi suatu hal yang salah dan tiada bermanfaat jika salurkan dan dikelola tidak baik dan salah. Cinta ibaratkan setetes embun dipagi hari yang suci, apabila cinta diibaratkan setetes embun yang jatuh pada tanah yang subur maka akan tumbuh bunga-bunga yang indah, harum dan mewangi, sedap dipandang mata, menebarkan rasa aman, damai, tentram, sentosa begitu seterusnya, maka cinta yang seperti itu akan memberikan dampak yang positif kepada pemiliknya. Sebaliknya apabila cinta diibaratkan setetes embun yang jatuh pada tanah yang gersang dan tandus maka tidak akan ada yang tumbuh melainkan hanya sirih memanjat batu lemah gagangnya kuning daunnya maka cinta yang seperti itu akan membawa dampak negatif.

Disini setiap manusia harus cerdas dalam melihat keadaan, situasi dan kondisi yang terjadi, manusia harus memahami bagaimana sebab akibat kerena cinta. Perasaan cinta bisa hadir dan tumbuh karena adanya komunikasi baik antara pencinta dengan yang dicintai, baik itu komukasi secara langsung maupun tidak langsung. Dari komukasai baik itu muncul berbagai macam keinginan dan semangat baru untuk memupuk cinta agar bisa tumbuh dan berkembang dengan subur. Manusia terkadang salah mengartikan cinta sehingga tidak jarang yang terjerumus dalam cinta yang tidak baik dan salah karena fanatisme butanya terhadap cinta. Salah satu contoh di era baru sekarang ini dimana globalisasi semakin mendunia dan terus berkembang dengan sangat pesat. Dimana para bintang seperti artis, selebritis, penyanyi, dan atlet semakin hari semakin bertambah jumlahnya dan para pencinta atau fansnya pun begitu antusias dan fanatik dalam memberikan support atau semangat kepada idolanya sehingga tidak jarang manusia yang rela berkorban demi sang idola, entah itu mengorbankan waktu, tenaga, fikiran, harta, bahkan nyawa pun rela dikorbankan karena cintanya terhadap sang idola.

Cinta Berdasarkan Tingkatanya
Bila melirik cinta berdasarkan tingkatannya, maka penulis mencoba merincinya menjadi beberapa bagian, diantaranya:

Pertama, Cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah merupakan tingkatan tertinggi bagi manusia dibandingkan cinta terhadap yang lain. Kita sebagai umat manusia harus bisa memahami arti cinta itu terlebih dahulu, bagaiman sikap dan tindakan kita sebagai manusia terhadap yang kita cintai (Allah). Cinta manusia kepada Allah S.W.T sebagai Sang  Khalik harus lebih utama daripada cintanya terhadap yang lain, diceritakan pada zaman Nabi Ibrahim A.S., beliau mendapatkan sebuah perintah dari Allah S.W.T untuk menyembelih anaknya Ismail A.S, putra semata wayangnya yang sudah lama dinantikan kehadiranya. Nabi Ibrahim sangat cinta dan sayang kepada anaknya akan tetapi karena kecintaanya kepada Allah lebih tinggi dan lebih utama, maka beliau memenuhi perintah dari Allah SWT tersebut dengan minta pendapat dan izin dari anaknya Nabi  Ismail A.S terlebih dahulu. Nabi Ismail A.S pun menyetujuinya karena itu perintah Allah. Cerita singkat ini membuktikan bahwa kecintaan orang tua kepada Allah lebih utama dari pada kecintaan kepada anaknya, dan kecintaan seorang anak kepada Allah lebih utama dari pada kecintaan terhadap nyawanya sendiri.

Kedua, Cinta terhadap Nabi dan Rasul. Cinta terhadap Nabi dan Rasul merupakan tingkatan cinta yang kedua setelah cinta kepada Allah. Manusia untuk mencapai kecintaanya ketingkatan tertinggi yaitu cinta kepada Allah haruslah cinta kepada Nabi dan Rasul, sebab Nabi dan Rasul merupakan wakil-wakil Allah yang diutus di bumi, cara mencintai Nabi dan Rasul ialah mengikuti apa yang telah diajarklan olehnya.

Ketiga, Cinta kepada orang tua. Orangtua adalah sosok yang paling dekat dengan kita yang memiliki waktu terbanyak bersama kita, pendidikan yang diajarkan oleh orangtua sangat membentuk dasar kepribadian seseorang. Cinta kepada orang tua ialah dengan mematuhi dan mendengarkan apa yang menjadi nasehatnya, tentu nasehat yang patut di ikuti adalah nasehat yang baik-baik jikalau orang tua menasehatkan pada kebatilan (keburukan) maka haruslah diingatkan bahwa yang mereka perbuat itu keliru. Itu merupakan salah satu bentuk cinta terhadap orang tua, bukan saja mengikuti apa yang menjadi perintahnya tapi juga mengingatkanya dikala keliru.

Keempat, Cinta terhadap sesama mahluk, baik itu berupa hewan, tumbuhan, maupun ciptaan-ciptannya bahkan sesama manusia sekalipun yaitu dengan saling tolong-menolong, menjaga perasaan satu sama lain tidak saling mencela, tidak saling menjatuhkan dan lain sebagainya.

Kelima, Cinta terhadap lawan jenis, disaat perasaan suka terhadap lawan jenis, tumbuh dalam hati, berhati-hatilah jangan sampai manusia berlarut-larut memikirkannya karena belum tentu dia yang kita cintai adalah tulang rusukmu (jodoh) yang telah Allah takdirkan untuk dirimu, berdo’alah kepada-Nya Sang Dzat yang memiliki cinta sejati yang juga menciptakan cinta untuk manusia, agar diberikan pentunjuk. Ketahuilah bahwa jodoh merupakan salah satu hal yang misteri diantara 4 hal, yaitu: kematian, rezki, takdir, dan jodoh itu sendiri. Lalu timbul pikiran tidak perlu susah payah untuk mendapatkan jodoh, karena jodah sudah ditentukan oleh Allah. Lantas bagaimana jikalau yang datang sebagai jodohmu adalah nenek peot? Maka dari itu untuk mendapatkan jodoh yang sesuai dengan keinginan dan kemauan maka yang dibutuhkan adalah usaha.

Cinta yang ini juga banyak membuat manusia celaka bukan hanya dikalangan para remaja dan generasi muda saja, akan tetapi dikalangan orang-orang dewasa juga. Mengapa banyak membuat manusia celaka? Karena tidak mendasari dengan hati dan moral yang baik serta tidak bisa menyikapi cinta sebagaimana mestinya. Di dunia yang semakin berkembang dengan banyak kemajuan bermacam ilmu, dimana media komunikasi dengan berbagai bentuk dan cara mulai dari: facebook, twitter, BBM (Black Berry Messanger), whatsap, wechat, email, blog, path dan sebagainya. Terdapat dimana-mana dengan mudah didapatkan, apalagi media sosial (medsos) tersebut dapat dilihat melalui telepon genggam atau telepon seluler (ponsel) yang setiap orang bisa memilkinya. Media sosial diciptakan dengan tujuan awal yang sangat baik yaitu sebagai sarana untuk berkomunikasi akan tetapi dengan semakin berkembangnya media sosial ini tidak sedikit kasus kriminal yang terjadi karenanya, mulai dari: penipuan, pemerkosaan, penculikan, pembunuhan, perjudian dan masih banyak lagi kasus kriminal lainnya yang disebabkan oleh media sosial.

Media sosial memang mudah didapatkan selain praktis juga hemat untuk berkomunikasi baik dalam Negeri maupun luar Negeri, dalam media sosial dapat mengenal banyak orang mulai dari teman akrab, teman lama bahkan orang yang tak dikenal sekalipun diseluruh penjuru dunia. Dapat melakukan perkenalan, berbagi pengalaman hidup bahkan yang tak kalah konyol kedengarannya adalah ada yang pacaran lewat media sosial. Pada awalnya hanya berasumsi sebagai iseng-iseng pacaran lewat media sosial, akan tetapi seiring berjalannya waktu timbul obsesi untuk kenal-mengenal lebih dekat dengan cara janjian untuk ketemuan dan pada akhirnya terjadilan hal-hal yang tidak diinginkan seperti: penipuan, pencabulan, pembunuhan dan lain-lain. Bahkan yang sudah tak asing lagi terdengar diseluruh kalangan kasus perselingkuhan antara kalangan aktivis: penguasa, pegawai negeri sipil (PNS), wakil-wakil rakyat dan lainya.

Aktivitas yang dilakukan oleh manusia melalui media sosial pada awalnya berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan pikirannya, yang berbisnis dan kerja online secara illegal bergembira sebelum diketahui oleh aparat yang berwenang, yang berpacaran senang dengan adanya perhatian dengannya walaupun tidak ketemu langsung (face to face), yang berselingkuh bahagia sebelum ketauan oleh istri dan suaminya masing-masing. Tetapi dengan seiring berjalannya waktu yang berbisnis dan kerja online secara illegal mulai ketahuan oleh aparat dan akhirnya dijerat hukum karena telah melakukan pelanggaran dalam penggunaan media sosial dan peraturan bisnis atau kerja dalam Negara, yang berpacaran mulai ada rasa bosan dan perselisihan yang menimbulkan pertengkaran sehingga putus dan akhirnya setelah putus akan bermusuhan saling membuang muka dan saling mencaci, baik dimedia sosial maupun dari mulut ke mulut. Dan yang berselingkuh mulai ada rasa curiga dari sang suami dan istri masing-masing sehingga sampai terbongkar aktivitasnya, yang dapat menyebabkan pertikaian dan pertengkaran hebat yang berakhir pada garis hukum yaitu perceraian, yang sudah pasti akan merusak cinta dan kasih yang telah mereka bina bersama. Manusia hidup di dunia dengan penuh perbenturan nilai-nilai. Manusia sering salah jalan bagaimana cara mensikapi cinta yang dimilikinya. Oleh karenanya masalah cinta merupakan suatu hal yang mudah-mudah sulit. Akan terasa mudah jika disikapi dengan ilmu dan moral serta hati yang baik, sebaliknya akan menjadi sulit jika cinta mengutamakan nafsu dalam menyikapinya. Cinta terhadap lawan jenis merupakan salah satu ujian Tuhan, yaitu manusia dituntut untuk menggunakan indera yang dimilikinya selain otaknya.

Pacaran atau perselingkuhan yang dilakukan oleh manusia yang mengatas namakan  cinta, baik yang dilakukan dengan menggunakan media sosial maupun tidak, 80% tentu akan berakhir dengan buruk karena aktivitas tersebut lebih mengutamakan nafsu. Lantas salahkan cinta yang pada dasarnya suatu hal yang indah, yang dapat membawa kebahagiaan bagi pemiliknya. Cinta tergantung bagi pemiliknya dan terserah manusia mau diarahkan kemana cinta yang masing-masing dimilikinya itu, apakah cinta yang salah yang melekat pada diri manusa? Ataukah manusia yang salah, yang tidak bisa mengarahkan dan menyikapi cinta yang masing-masing dimiliki oleh setiapa manusia? Jawabanya tentu ada pada diri kita masing-masing.


Penulis: 
Ust. Irwan (Pengurus Yayasan Tauhidul Ummah).


NB:
Tulisan ini pernah diterbitkan pada Majalah Tauhid Edisi Perdana/April 2015

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2008 fimny. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by www.phylopop.com