Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » , , » Sekilas Sorotan Tentang Ncera

Sekilas Sorotan Tentang Ncera

Posted by fimny on Senin, 16 Maret 2015

Agus Salim
Ncera, adalah nama sebuah Desa yang secara Administratif termasuk dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa Ncera terletak di kecamatan Belo, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Ncera dalam bahasa lokal Bima berarti “murah”, sampai saat ini penulis belum mendapatkan informasi yang jelas tentang sejarah nama Desa ini kenapa kemudian di sebut sebagai desa Ncera. Tetapi sejauh yang penulis pahami sampai saat ini bahwa ada kebiasaan yang menarik yang penulis temukan yang melekat pada kebanyakan masyarakat Ncera, baik itu masyarakatnya yang sesepuh maupun para pemudanya, yaitu kebiasaan menghargai orang lain termasuk orang-orang baru dan yang terutama adalah kebiasaan mereka dalam cepatnya masyarakat Ncera berbaur dan akrab dengan orang lain yang berbeda Desa atau kecamatan dan bahkan tingkat kabupaten maupun provinsi dengan mereka. Itulah asumsi dasar dari penulis.

Ncera bukanlah Desa yang dapat dikategorikan sebagai Desa pelosok, karena selain Desa ini cepat mengalami perkembangan dalam hal kemajuan teknologi terlebih Desa ini juga berada di wilayah lalu lintas antar beberapa kecamatan. Mungkin dengan kedua alasan inilah mengapa Desa ini bukan merupakan Desa yang tertutup dan menolak perkembangan jaman, apalagi jika kita lihat lagi dengan antusias dan sambutan baik dari masyarakatnya dalam berlomba-lomba menyekolahkan anak mereka pada tingkat perguruan tinggi. Baik di daerah (kabupaten Bima) maupun di luar daerah, seperti di Yogyakarta, Makassar, Malang, Jakarta, Kalimantan, Mataram dan kota-kota besar lainnya.

Dalam hal ini penulis akan lebih banyak membahas tentang perkembangan masyarakat Ncera dalam bidang pendidikannya. Berdasarkan diskusi kecil-kecilan penulis dengan beberapa teman-teman yang berasal dari Ncera terutama dengan meraka yang sudah penulis anggap sebagai “senior”, baik senior dalam hal banyaknya pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki maupun dalam hal jenjang umur antara penulis dengan mereka. Bahwa, sekitar pada tahun sebelum 2006 kebelakang, pemuda dan masyarakat Ncera masih sedikit dan jarang sekali yang berminat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (kuliah) dan merantau ke luar daerah, dan kalau pun para pemudanya merantau ke kota-kota besar itupun dalam hal “mengadu nasib” untuk mendapatkan pekerjaan, dan itupun kebanyakan hanya untuk anak laki-laki. Lebih jauh, kalaupun ada pemudanya yang melanjutkan ke pendidikan tinggi dapat di pastikan berasal dari kelurga yang “mampu” dalam soal ekonomi atau berasal dari keluarga atau orang tua yang sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang maju akan penting dan muliannya menyekolahkan anak mereka dengan tujuan akan menjadi orang yang dapat memberi “cahaya” dan memperbaiki kehidupan masyarakatnya walaupun orang tuanya harus melelang tanah dan menjual hewan ternak dan lain sebagainya.

Sedangkan jika kita melihat kembali bahwa mulai pada tahun 2006 para pemudanya dan didukung pula dorongan para orang tua serta masyarakatnya yang telah memilki pemahaman akan pentingnnya memajukan pendidikan dengan tujuan untuk dapat memperbaiki kehidupan kelurga dan tentunya kehidupan dalam masyarakat luas, berbondong-bondong untuk menyekolahkan anak-anak mereka dan tentunya ini berjalan beriringan dengan semangat para pemuda yang lebih paham dan maju pengetahuannya akan pentingnya memajukan pendidikan. Dan yang tidak kalah menarik menurut penulis adalah, mulai pada tahun 2006  para orang tua yang menyekolahkan anaknya dan para pemuda yang melanjutkan pendidikan tidak hanya berasal dari keluarga yang “mampu” dalam soal ekonomi, sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, melainkan hampir semua para orang tua dan masyarakat memilki kesamaan tekad dan tujuan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi tanpa melihat kemampuan ekonomi sebagaimana yang terjadi pada tahun sebelum 2006. Walaupun pada kenyataannya  para orang tua secara terpaksa ataupun tidak banyak yang rela menjadi “buruh tani” harian (pina Renda) untuk membantu atau menambah pendapatan untuk membiayai uang kuliah dan biaya hidup anak mereka di tanah perantauan. Hebat bukan?

Sedangkan pada sekitar tahun 2011 kita akan melihat para orang tua muda (mereka yang baru menikah dan baru memiliki satu sampai dua orang anak) yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Maka dalam hal ini penulis melihat ada hal yang “unik”, bahwa yang memiliki semangat untuk megenyam pendidikan tinggi tidak hanya berkisar pada para pemuda yang baru tamat belajar pada tingkat SMA dan yang belum menikah, tetapi juga merambat ke mereka yang sudah menikah (para orang tua baru). Walaupun secara tujuan belum kita dapatkan kesimpulan atau alasan yang jelas tentang semangat yang menjadi motif utama para orang tua baru ini dalam melanjutkan pendidikan. Tetapi sampai saat ini penulis berasumsi bahwa salahsatu motif utama yang melatarinya adalah tiada lain daripada antusias dan keterbukaan masyarakat dan pemuda Ncera dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, walaupun tidak mustahil ada motif-motif lain yang melatarinya seperti, untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan banyak motif lainnya.

Sampai sekarangpun kita melihat semangat yang melekat dalam diri pemuda Ncera dan masyarakatnya semakin meningkat terutama dalam hal pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kalau menurut penulis bahwa sampai saat ini para pemuda Ncera bisa dikatakan hampir secara keseluruhan memilki tujuan yang sama yaitu terus meningkatkan pendidikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Kita akan melihat mereka yang baru tamat SMA. Dapat di pastikan sebagian besar dari mereka merantau dengaan tujuan pendidikan dan sebagian kecil lainnya merantau untuk mencari pekerjaan, dan mereka yang awalnya merantau untuk mencari pekerjaan ini besar kemungkinan akan melanjutkan pendidikan dengan uang hasil keringat mereka, atau kuliah sambil bekerja.

Ketika suatu masyarakat sudah maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan maka kehidupan pun akan lebih baik, tertata, nilai dan norma kehidupan semakin di jaga, hubungan dalam masyarakat semakin membaik. Karena ketika dalam suatu masyarakat sudah maju dalam ilmu pengetahuan pasti di topang oleh kebudayaan yang maju yang kemudian akan melahirkan peradaban yang maju pula. Hal ini menurut penulis berlaku pada semua masyarakat di belahan bumi mana pun, termasuk dalam masyarakat Ncera. Dalam sejarah-sejarah yang menerangkan tentang keadaan suatu bangsa yang maju peradabannya kita akan menemukan kebudayaan yang di jaga dengan baik bergandengan tangan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Namun penulis melihat ada hal yang “ganjil” dalam kehidupan masyarakat Ncera. Sejauh yang penulis amati dan berdasarkan diskusi kecil-kecilan dengan para senior dan teman-teman penulis, bahwa kehidupan dalam masyarakat Ncera sudah hampir tercabut dari akar kehidupannya. Dimana nilai, norma-norma dalam kehidupan hampir dilupakan, serta budaya-budaya yang telah lama ada dan sudah berakar dalam tatanan kehidupan masyarakat hampir hilang dalam kehidupannya. Disini penulis memberikan beberapa contoh seperti, hampir hilangnya budaya mengaji di antara waktu solat Magrib dan solat Isya, budaya menghargai yang tua dan menyayangi yang muda menurun secara drastis, dan sangat aneh adalah saat ini yang menjadi agen barang terlarang di Ncera adalah dimotori oleh mereka-mereka atau para pemudanya yang berpendidikan (kuliah).

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapa yang disalahkan dan siapa yang bertanggungjawab untuk mengembalikan masyarakat kita pada akar kehidupanya? Dengan memberikan jawaban yang subjektif, bahwa yang harus disalahkan adalah kaum muda yang berpendidikan sekaligus bertanggungjawab untuk melakukan tindakan nyata untuk mengembalikan tatanan kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik. Kenapa penulis menitikberatkan pada para pemudanya dan tidak bermaksud untuk menihilkan peran dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidikan, maupun para pemerintahnya. Karena para pemuda selain memilki tugas sebagai agen perubahan (agent of change) dalam masyarakat juga sebagai calon pemimimpin (leader) untuk membawa kehidupan masyarakat kearah yang lebih maju, apalagi didukung oleh para pemuda Ncera pada saat ini yang hampir semuanya sudah berpenddidikan dan berpengetahuan, tentu akan lebih mudah untuk melakukan gerakan perbaikan dalam tatanan kehidupan yang telah rusak sebagaimana sekarang ini.

Penulis melihat para pemuda Ncera sangat unggul dalam beberapa bidang terutama ketika mereka merantau keberbagai daerah dengan misi pendidikan dan pengetahuan. Kita bisa menyaksikan para pemuda Ncera dapat dipastikan di setiap daerah di mana mereka merantau memiliki organisasi tingkat yang memiliki misi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dan yang tidak kalah menarik adalah organisasi tersebut hanya setingkat desa namun sayap serta jaring-jaringnya dapat bersaing dengan organisasi-organisasi setingkat daerah dalam hal kualitas kegiatan serta rutinnya kegiatan yang dilakukan. Hal tersebut dapat kita lihat misalnya di Yogyakarta dengan FIMNY-nya, Makassar dengan LSN-nya, Mataram dengan FKP-nya, maupun di tempat-tempat lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Menurut Penulis adalah sebuah keunggulan ketika para pemuda Ncera mampu bersatu di tanah perantauan dengan semangat serta kualitas yang tidak diragukan lagi jika di bandingkan dengan desa-desa atau bahkan kecamatan serta kabupaten lainnya. Namun pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah para pemuada Ncera yang merantau keberbagai penjuru negeri ini sudah mampu bersatu? Apakah para pemuda Ncera yang merantau di berbagai penjuru negeri ini sudah memiliki misi yang satu? Untuk sama-sama mengabdi dalam membangun desa tercinta. Bersama-sama menyelamatkan desa dari hantaman kehidupan global yang semakin porak-poranda. Disini penulis tidak memiliki hak untuk memberikan jawaban subjektif dalam bentuk apapun, biarkan pertanyaan-pertanyaan diatas menjadi bahan renungan untuk pemuda Ncera atau bahan renungan organisasi-organisasi Ncera yang ada di berbagai daerah.

Tulisan ini hanyalah sekelumit kegelisahan yang dialami oleh penulis dan mungkin juga teman-teman serta para pemuda lainnya yang masih “berkeliaran” di berbagai penjuru negeri ini atau mungkin yang sudah kembali ketanah kelahiran, Ncera. Penulis menyadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari sifat-sifat ilmiah sebagaimana tulisan pada umumnya. Dan penulis menyadari bahwa di dalamnya masih terdapat banyak kekurangan serta kekeliruan, tetapi tujuan utama dari penulis sendiri adalah mengajak kita semua pemuda Ncera untuk melakukan gerakan persatuan dalam membangun desa Ncera tercinta. Wallahua’lambissowaab.

Oleh: Agus Salim
Bidang SDM Forum Intelektual Muda Ncera Yogyakarta (FIMNY), Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2008 fimny. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by www.phylopop.com