Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » , » Sejarah Berdirinya Badan Wakaf Tauhidul Ummah Pusat Yogyakarta

Sejarah Berdirinya Badan Wakaf Tauhidul Ummah Pusat Yogyakarta

Posted by fimny on Kamis, 23 April 2015

Pada bulan Agustus tahun 1998, berdirilah sebuah lembaga yang bernama Al-Furqan yang berkedudukan di Dusun Sompilan Donoharjo, yang di ketuai oleh H. M. Romli, BA bersama mahasiswa STIS  Kota Baru,  diantara mahasiswa tersebut ditunjuklah saudara Mustafa sebagai Pimpinan Ponpes sekaligus selaku pendiri, saudara Mustafa lah yang mempunyai ide awal pendirian Lembaga Al-Furqan tersebut, dengan di awali 3 orang santri yang berasal dari Lereng Merapi yakni Dusun Boyong  dan sekitarnya.

Pada bulan November tahun 1999, santri bertambah dari 3 orang menjadi 8 orang, 3 orang berasal dari eksedus Aceh dan  2 orang dari Wonorejo Pakem, kemudian pada bulan Desember tahun itu juga pimpinan ponpes mendapat bantuan sembako dari Jama’ah Salahudin UGM, antara lain berupa Beras 700 kilogram, dan kebutuhan lainnya, oleh ketua yayasan pada saat itu menginginkan sembako tersebut dijual, karena mereka beranggapan bahwa bantuan tersebut harus diserahkan kepada pengurus yayasan,  ketua yayasanlah yang berhak mengelola bantuan tersebut, tapi karena melihat kondisi pada saat itu, yang baru kita mulai membangun dan sangat memprihatinkan, sehingga saudara Mustafa mempertahankan untuk tidak dijual, karena untuk memenuhi kebutuhan 8 orang santri saat itu. Sehingga diantara pengurus 65 % menginginkan tidak dijual, 30% mengatakan dijual, karena tidak ada kesepakatan antara pengurus yayasan dan pengurus Pondok Pesantren tentang bantuan sembako tadi, maka saudara Mustafa mengundurkan diri dari lembaga Al-Furqan dan pindah bersama anak-anak, dan kemudian menyewah 1 unit Rumah di dusun  Tambakrejo Sardonoharjo Ngaglik Sleman dengan biaya sewah rumah sebesar 1 juta pada saat itu, kami pindah di dusun tersebut selama 1 tahun dengan 8 orang santri, dan  pada saat itulah membuat Lembaga baru yang bernama Yayasan Tauhidul Ummah Pusat Jogjakarta.

Pada tanggal 1 Januari tahun 2000, dibuatlah lembaga baru yang bernama Yayasan Tauhidul Ummah artinya Persatuan Ummat (tidak beraliansi pada satu ormas/parpol), dari sinilah yayasan mulai berkembang dengan baik, walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi, termasuk bagaimana membawa diri di masyarakat tersebut, harapan kami pada saat itu masyarakat menyambut positif kedatangan kami didusunnya, ternyata kamipun mendapat berbagai macam tantanagan dan cobaan, karena penduduk tersebut 75% beragama katolik, disini kami mendapatkan hewan piaraan masyarakat yang namanya ajing banyak sekali, sehingga kami dan para santri tidak berani keluar rumah/bergabung dengan masyarakat secara umum, karena takut  kenak penyakit masyarakat yaitu pengaruh katolik pada perkembangan anak-anak, selama 1 tahun tersebut kami sangat hati-hati sekali, berbicara, makan, melangkah, berbuat kami sangat pertimbangkan dulu, karena sedikit salah kami akan menerima resiko besar, sebab keberadaan kami dianggap menganggu kehidupan mereka yang agama lain tadi, gali lobang tutup lobang itulah keseharian kami pada saat itu, karena ketika itu tidak ada sumber yang pasti untuk menutup kehidupan harian, bahkan pernah kami memakan kelapa muda dan buah nangka selama 3 hari, karena tidak ada beras untuk di masak, sehingga saudara Mustafa mengajak kembali teman-teman mahasiswa untuk  bergotong royong, demi anak menyelamatkan anak-anak bangsa ini, walaupun sebahagian mereka sudah tamat kuliah, namun yang belum tamat tetap bergabung kembali, dimana sampai saat ini hanya  ada 3 alumni STIS yang masih bergabung yaitu Mustafa, S.E.,M.M., Basyaruddin, S.E.I., dan Samino Setiawan, S.Ag., M.Si., sementara ustadz Sarjono adalah alumni UMS, lainya dari UGM, dan Ponpes Hidayatullah Balikpapan.

Pada tanggal 4 Maret 2001,  Yayasan menerima bantuan  sembako dari Bpk Andri Machmud MS  Pimpinan “RM DUTA MINANG GROUP”.  Dewan Penasehat yaitu Bpk Drs. H. A. Taufiq Daldiri, SU beliau (Dosen IAIN Sunan Kalijaga, saat majalah ini terbit IAIN Sunan Kalijaga sudah berganti nama UIN Sunan Kalijaga), Bpk. DR. Ir.H. Soekrisno, Msc, (Dosen Tehnik UGM). DR.M. Akhyar Adnan, MBA, (Dosen UII). Drs. H.A. Adabi Darban, SU (Dosen Sastra UGM). Dari tokoh-tokoh inilah yang memberikan banyak motifasi, inspirasi dan pengalaman terhadap pengurus Yayasan Tauhidul Ummah, sehingga bisa berkembang sampai saat ini. Sejak itulah kami mendapat bantuan beras setiap bulan dari  “RM  DUTA MINANG GROUP”  50 kilogram tiap bulannya,  dan  pada bulan Januari tahun 2001 Yayasan Tauhidul Ummah di Notariskan yakni tepat pada tanggal 24 Januari dengan nomor Notaris 06, tahun 2001, yang disyahkan oleh notaris Muhammad Ikhwanul Muslimin, S.H.

Pada tanggal 25 Maret 2001, kami mendapat bantuan uang sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dari BMI (Baitul Maal Muamalat Indonesia), untuk  usaha konfeksi (jahitan) dengan dibimbing oleh bapak Dwi Wahyudi, kami membeli mesin jahit 4 unit dengan bahan-bahan jahitan, baru berjalan sekitar 2 bulan, kamipun tidak memperpanjang kontrak rumah tersebut, sehingga harus pindah tempat, karena yang memiliki rumah meminta kontrakan dinaikan dari  1 juta, menjadi 3 juta, karena kenaikan inilah membuat kami pindah tempat di sebuah Gedung Bekas MAN di Dusun Cepet Purwobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kontrak sebesar Rp750.000/tahun selama 3 tahun, disaat itu  tidak ada listrik, sehingga aliran listrik pinjam pada tetangga, 2 bulan kemudian bapak Andri Machmud, memberikan dana sebesar Rp7.000.000,- (tujuh juta rupiah) untuk pemasangan listrik, dan memberikan bantuan tempat tidur sebanyak, 7 set, serta bantuan meja belajar 20 set. Setelah 3 bulan bertempat tinggal di gedung bekas MAN tersebut, kemudian dibuka kembali usaha jahitan dan pada tahun kedua kami sempat ikut pameran pakain-pakaian jahitan (konveksi), serta membuka toko pakaian di jalan Kaliurang dengan bantuan dana dari pak Andri Makhmud. Atas undangan Baitul Maal Muamalat kamipun sempat mengirim barang konveksi hasil jahitan untuk di pameran yang diselenggarakan oleh Baitul Maal Muamalat Jakarta, setelah itu tidak lama kemudian usaha konveksi tidak berjalan, kami pun menutup sementara usaha jahit, karena tidak ada orang (tenaga) jahit yang bisa menangani usaha tersebut, hingga sekarang belum dikembangkan lagi, karena selalu berpindah-pindah tempat, hal inilah menjadi kendala bagi kemajuan kami pada usaha konveksi.

Pada bulan November 2001 s/d April 2003, kami menempati sebuah Gedung bekas MAN di Dusun Cepet Purwobinangun Pakem Sleman, dengan jumlah santri sekitar 32 orang yang  berasal dari berbagai propinsi di Indonesia, mulai dari Aceh sebanyak 10 orang,  Garut 1 orang, Jakarta 3 orang, Nusa Tenggara Barat 12 orang,  Purwokerto 4 orang, Rembang 2 orang dan 6 orang anak jalanan. Pada saat itulah kami juga mencoba membuka unit usaha antara lain: BMT bantuan dari Bpk Andri Mahcmud, Bengkel Motor dan Toko Pakaian dan jahitan serta kolam ikan, tapi Allah belum memberikan tenaga yang profesional kepada kami sehingga harus menelan pilpahit dengan kegagalan, menurut kami kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Tepat pada tanggal 15 April 2003 kami harus pindah, karena  gedung yang kami tempati tersebut akan di pakai oleh Departemen Agama Daerah Istimewa Yogyakarta (DEPAG DIY), atas desakan  DEPAG, kami diberi waktu hanya 2 malam lagi, pada saat itu kami kebingungan mencari tempat untuk berteduh, pada malam itu kamipun berkumpul bersama santri mencurahkan segala potensi kepada Allah, untuk memohon petunjuk dan hidayah-Nya, agar kami diberikan tempat yang layak untuk berteduh dengan santri-santri, keesokan harinya mulai dari pagi  santri mengemas semua barang-barang yang ada, kami keluar untuk mencari rumah kontrakan, disaat lelah dan letih inilah kami tetap berjuang untuk mendapatkan rumah kontrakan, sudah beberapa tempat kami datangi namun tak ada satupun yang dapat memberikan jawaban yang pasti, sehingga setelah sholat Ashar kami kembali mengadukan nasib kami kepada Allah, sehingga pada saat sore hari kamipun mendatangi seseorang kenalan lama kami yaitu bapak Bambang di Perum Pamungkas, setelah berjam-jam kami menegosiasi dengan keluarga pak Bambang, namun belum memberikan jawabaan yang pasti, karena kendala dari keluargannya, kamipun kembali pulang dengan hati yang sedih dan risau, sehingga menjelang magrib kami berkumpul dan membaca Al-Qur’an surat Ar-Rahman, As-Shajadah, Al-Mulk, Ad- Dhuha, Yasin, setelah selesai  membaca ke lima surat tersebut, kami pun memanjatkan doa setelah sholat Isya, di saat kami berpikir bagaiman cara mendapatkan rumah kontrakan malam tersebut, karena besok pagi wajib pindah itulah waktu terakhir yang diberikan oleh DEPAG melalui kepala sekolah MTSN Pakem, sekitar jam 23.00 WIB, kami sedang berkumpul di halaman depan dengan beberapa santri yang remaja menjaga barang-barang yang sudah dikemas, tiba-tiba kami kedatangan tamu, ternyata bapak Bambang beserta istrinya menceritakan yang dialaminya saat itu. Beliau beserta istrinya tidak bisa tidur hatinya gelisah tanpa sebab, kemudian beliau berpikir untuk mendatangi kami kembali dan mengizinkan bertempat tinggal ditempat beliau, pada saat itulah beliau menangis didepan kami, keesokan harinya kami resmi pindah tempat dengan barang bawaan sekitar 3 truk, sehingga warga sekitarpun kaget melihat kami pindah.

Kami pindah di Dusun Kledokan jalan Kaliurang tepat di sebelah selatan Mirota Batik, utara Kampus UII Terpadu, dengan biaya sewa 6 juta/tahun, disini santri berjumlah 58 orang, setelah setengah tahun menempati rumah kontrakan ini, kami ditantang untuk menata kembali apa yang harus kami perbuat, disaat itulah kami mendapat amanah dari seorang donatur menyuruh kami untuk mencarikan tanah untuk pembangunan gedung, kami pun menyanggupi, selama 3 bulan lamanya kami mencari tanah dengan bantuan dana sebesar Rp63.000.000,- (enam puluh tiga juta rupiah) dari ibu  Hj. Dr. Eko Wahjuni, untuk membeli sebidang tanah, namun dengan dana sebanyak itu, setelah 3 bulan lamanya kami berkelana, alhamdulillah dipertemukanlah oleh seorang kepala dukuh di Patuk Sardohorjo, kami mencoba menawar beberapa kali kepada bapak Untoro yang memiliki tanah di dusun ketulan  yang saat ini kami tempati. Namun setelah beberapa kali diplomasi, akhirnya beliau menerima cicilan dengan jangka waktu 1 tahun dan harga di naikan dari Rp75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per meter menjadi Rp150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per meter.

Setelah itu mulailah kami mengurus surat-suratnya, dan membenahi tanahnya, setelah kami membuat jalan terus kami melanjutkan, sehingga sebelum masa akhir jatuh tempo, alhamdulillah berkat dorongan dan bantuan para doanutur/dermawan melalui sertifikat wakaf/lembar yang kami tawarkan, sehingga terkumpullah dana untuk tambahan pembebasan tanah tersebut.

Setelah menempati rumah bapak H. Bambang selama 1 tahun, kami pun mencoba memperpanjang lagi, ternyata yang kami dapatkan adalah keluarga pak Bambang menaikan harga semula Rp6.000.000,- (enam juta rupiah) per tahun menjadi Rp12.000.000,- (dua belas juta rupiah) per tahun, lagi-lagi kami kebinggungan untuk mencari tempat lagi, disaat cobaan mulai muncul, kamipun berusaha sekuat tenaga, karena kami yakin di mana ada kesulitan pasti ada kemudahan. Alhamdulillah kami mendapatkan 1 unit rumah di ketulan.

Pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 kami  sewa rumah di dusun Ketulan RT 04/02, utara tanah yang kami beli, dari sini  kami sedikit demi sediki mulai membangun pondasi dan masjid. Allhamdulillah masjid telah jadi pada tahun 2006 yang dibiayai oleh seorang Hamba Allah dari Gedungkuning, dan saat ini masjid bukan saja sebagai tempat belajar mengajar santri tetapi juga untuk sholat jum’at santri bersama masyarakat sekitar. Dari sini para santri ada yang keluar ada yang tamat dan ada yang pulang kembali ketempat asalnya masing-masing, tetapi hingga kini santri masih sekitar 26 orang, ada yang kuliah, SMA, SMP maupun SD. Semua kebutuhan mereka masih ketergantungan pada donator/dermawan, sehingga kami selaku yang membina pun masih sangat mengharapkan bantuan moril maupun materi untuk perkembangan Panti Asuhan Tauhidul Ummah ini.

Pada Februari 2007, kami harus pindah ketempat sendiri, dibelakang masjid yang telah selesai dibangun, walaupun tempat (gedung) yang kami rencanakan hingga kini belum selesai, keinginan kami adalah menyelesaikan 1 lantai saja, setelah itu kami akan mencoba melakukan terobosan baru untuk membuka kembali usaha-usaha yang pernah kami lakukan sebelumnya, karena tanpa usaha sendiri rasanya kami tidak akan menerima nasib seperti ini terus menerus (ketergantungan) pada donator, disamping itu kami berusaha memdidik santri untuk mandiri dan wiraswasta, supaya tamat atau kembali kekampung halamannya mereka dapat diterima dan bisa membuka lapangan kerja baru, dari sinilah kami mempunyai harapan baru dan membangun kemandirian demi kesejahteraan  para santri khususnya dan pada umumnya masyarakat Indonesia.

Sebagai lembaga sosial yang baru berdiri, kami terus melakukan pembenahan, perbaikan dan penataan, baik itu kondisi santri maupun lingkungan serta asrama yang menjadi dambaan seluruh santri kami, kami terus berbenah diri demi kemajuan masa depan mereka dan kemandiriannya, tetapi hal itu bisa tercapai jika kita terus meningkatkan silaturrahmi, karena tanpa silaturrahmi maka impian kita bersama tidak akan terwujud.

Tempat inilah kita akan mencoba menata sedikit demi sedikit, bagaimana perkembagan kedepan, itu semua tergantung pada kerjasama anatara masyarakat sekitar, donatur/dermawan dan pengurus Yayasan tersebut. Dengan sejarah singkat inilah kami pun mengajak para kaum muslimin dimanapun berada untuk membantu baik moril maupun material demi perkembangan yayasan ini. Dengan harapan-harapan yang besar ini, kami pengurus yayasan menerima saran, kritik, masukan yang bersifat membangun untuk terwujutnya komunikasi yang aktif  dan silaturrahmi  yang akan ditingkatkan, karena silaturrahmi adalah menghapus dosa, dan menambah umur serta mendapat berkah dari  Allah SWT.

Zakat hanya boleh diberikan kepada yang berhak yakni orang-orang fakir, miskin, dhuafa, yatim piatu, orang-orang yang mempunyai hutang dan ibnu sabil. Hal inilah yang menjadikan pengurus Tauhidul Ummah mengajak para kaum muslimin untuk mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah. Karena pada saat ini Yayasan Tauhidul Ummah menanggung 26 orang santriwan/wati yang berasal dari berbagai daerah dan tergolong Dhuafa, miskin dan yatim piatu.
Dengan  pembagi  pendidikan yang proporsional, maka diharapkan para santri dapat diterima oleh masyarakat, adapun pembagiannya yaitu: 40% pendidikan keagamaan, 30% pendidikan umum, dan 30% pendidikan ketrampilan (skiil). Kami sadar semuanya yang kami lakukan ini tidak akan bisa tercapai, jika pada donator/dermawan  tidak mengambil bagian dari program ini, untuk itu kami sangat membutuhkan buku-buku pendidikan keagamaan, seperti; Kitab Balagah, Kitab Tajwid, Kitab Nahu Syaraf, Kitab Fiqih,  dan tafsir-tafsir, Sejarah Islam, sejarah para Nabi dan Rasul dll, kemudian disamping itu kami juga membutuhkan buku-buku umum yang sudah lama dan yang baru, dan yang terakhir kami membutuhkan komputer, radio, TV, Mesin jahit dll, baik lama maupun baru,  karena kami mencoba melakukan sesuatu  yang bersifat memberikan manfaat bagi para santri maupun orang lain. Demikianlah sejarah singkat keberadaan Badan wakaf Yayasan Tauhidul Ummah tersebut. Jika ada yang belum dimuat dalam sejarah ini, maka kami menerima masukan dan kritikan serta saran demi kemajuan dan  kemandirian kita bersama.

Visi, Misi dan Tujuan

Visi:
Visi Yayasan Tauhidul Ummah adalah meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya insani bersyakhsiyah islami yang Qur’ani dalam sistem pendidikan dan pembinaan santri yang modern, yang saling dukung dalam pengembangan ummat, menggapai negeri yang baldatun thayyibatun warabbul ghafur.

Misi:
Pertama, Mengembangkan, memadukan dan meningkatkan keshalehan individu maupun sosial untuk mewujutkan keimanan yang kuat, keislaman yang utuh dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbentuk santri yang mencintai Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kedua, Membangun sistem pendidikan modern yang mengarah pada terwujudnya masyarakat yang bermoralitas dalam menjawab permasalahan ummat serta memberikan kontribusi dalam membangun Agama, Bangsa dan Negara.

Ketiga, Membangun silaturrahmi yang sejati antara santri dan masyarakat dalam menjalin ukhuwah (kerjasama) yang saling menguntungkan dalam penggokohan imaniyah.

Keempat, Mengarahkan santri menjadi subyek aktif dalam memelihara keutuhan dan kesatuan ummat.

Tujuan:
Pertama, Hifdhuddien, yaitu membentuk pribadi muslim yang memiliki komitmen tinggi terhadap agamanya dan memelihara kehidupan pribadi maupun sosial.

Kedua, Hifdhun Nafs, yaitu membentuk pribadi muslim yang memelihara keselamatan jiwa serta nilai-nilai kejiwaan.

Ketiga, Hifdhul Aql, yaitu membentuk pribadi muslim yang memelihara aqal dan mencerdaskan ummat.

Keempat, Hifdhun Nash, yaitu membentuk pribadi muslim yang menjaga kualitas keturunan sehingga mampu menguasai segala aspek kehidupan sosial maupun kenegaraan.

Kelima, Hifdhun Maal, yaitu membentuk pribadi muslim yang mampu membina perekonomian secara islami, mandiri serta mampu berperan dalam mensejahterahkan masyarakat luas dimasa yang akan datang.


Sumber:
Diambil dari Yayasan Tauhidul Ummah Pusat Jogyakarta.

SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2008 fimny. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by www.phylopop.com