Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » » Maja Ro Dahu (Malu dan Takut) “Inspirasi Untuk Indonesia”

Maja Ro Dahu (Malu dan Takut) “Inspirasi Untuk Indonesia”

Posted by fimny on Kamis, 27 Maret 2014

FIMNY.org – Sudah lama Bangsa Indonesia merdeka dan mengiginkan manisnya peradaban yang di bangun dengan budaya-budaya serta etika yang di junjung tinggi di atas nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Negara yang diyakini oleh Pemerintah dan Masyarakat indonesia secara luas. Para perintis negara seperti Soekarno, Hatta dan Tan Malaka dengan jiwa semangat memperjungan kemerdekaan supaya tidak lagi diperbudak oleh negara-negara asing. Tapi persoalan negara ini belum selesai setalah reformasi, hanya menggantikan rejim ke rejim yang lain (kekuasaan), jadi belum seutuhnya kemerdekan, karena masih ada ketimpangan sosial, KKN, melakukan eksploitasi secara fisik dan psikis dan juga menjual harkat dan martabat Negara demi jabatan dan kepentingan individu semata sehingga harapan kemakmuran masyarakat belum juga tercapai.

Jiwa kepempinan seperti Soekarna dengan kesadaran Kemerdekaan yang bersifat kesadaran kerakyatan, Hatta dengan jiwa berjuangannya pada pendidikan dan ekonomi sudah melakukan kontrubisi besar pada pembangun kemerdekaan, dan Tan Malaka dengan Roh semangat keberanian sehingga tidah muda tunduk dengan negara-negara asing. Itulah para Negarawan sejati dengan rasa memiliki kepribadian yang luhur, masih banyak tokoh-tokoh pejuang melakukan berkontribusi langsung pada pembangun kemerdekaan seperti R.A Kartini, Pangeran diponegoro, dan Sahrir.  Kita sebagai anak bangsa punya kewajiban untuk mencerdaskan bangsa untuk mengikuti jejaknya dan Jangan Melupakan Sejarah.

Kalau kita mengamati dengan seksama Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) Negara Indonesia ini Sudah cukup memiliki serta keberagam suku, bangsa, budaya, adat istiadat, bahasa daerah dan serta agama yang berbeda-beda. Sehinggan nilai empat pilar berbangsa dan bernegara seperti  pancasila, undang-undang dasar 1945, NKRI dan Bhinea tunggal ika. Ini menjadi kebijakan untuk persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Persatuan perlu dilestarikan dan dikembangkan (Menejemen) sehingga tidak perlu ada Impor barang dari luar negeri karena kita sudah memiliki kekayaan Alam yang melimpah , mulai dari sabang sampai ke merauku seperti (Surganya Dunia). Serta potensi pemuda sudah cukup memadai untuk menata kembali dengan baik kehidupan kenegaraan kearah kreatif dan inofasi. Sehingga untuk pemuda yang memiliki potensi luar biasa jangan sampai terkontaminasi dengan perilaku barat seperti hedonisme dan pragmatis tampa dilakukan filterisasi. Nilai-nilai budaya yang terkandung di nusantara mesti di pegang dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi semestinya pemerintah, pemuda dan masyarakat mulai melakukan Introspeksi dalam menata dan menjaga budaya dengan nilai-nilai, norma dan etika yang terkandung, sebagai mana yang ada di setiap daerah – daerah memiliki kearifan lokal. Salah satu di buku ini memuat pesan-pesan moral yang harus di lestarikan sebagai landasan terutama pemimpin sebagai wakil rakyat (MPR, DPD, DPR dan DPRD) untuk merestorasi (perubahan) pada setiap daerah yang mewakili rakyat.

 Sebentar lagi kita akan menghadipi Pesta Demokrasi dan melakukan pemilihan pemimpin-pemimpin daerah sehingga pesan moral perlu dikedepangkan. Dalam beberapa tahun ini banyak sekali pejabat-pejabat tersangkut dengan Korupsi, KKN dan menjual harkat martabat demi kekuasaan, akhir-akhirnya banyak uang negara yang sudah dirampas sehingga kemiskinan dan pendidikan belum terselesaikan dan masih dipertanyakan ? Padahal semestinya amanat masyarakat perlu dilihat. juga masyarakat harus objektif untuk memilih pemimpin yang bisa memegang amat atau punya kapabilias menjadi seorang pemimpin dalam membawa perubahan kearah yang lebih sinergis sebagai bentuk integrasi pempimpin dan masyarakat.

Pesan moral serta aktualisasi nilai-nilai buku Maja ro Dahu (Malu dan Takut) antara lain “Maja kaipu ma taho, dahu kaipu ma iha” (malu untuk tidak melakukan hal-hal yang baik, dan takut kepada hal-hal berdampak negatif). Hal 11. Ini merupakan penghayatan atau merupakan pesan Sosial, Intelektual dan Transental. hampir bersamaan dengan Pancasila sebagai Ideologi negara, karena termuat kehidupan sosoial masyarakat, rasa solidaritas dan keadilan. Membawa segudang pesan budaya kearifan lokal  yang ada di Bima untuk semua kalangan dan lebih-lebih untuk Nusa dan Bangsa Indonesia.

    Untuk mendapatkan keadilan bersama perlu ada Mbolo (musyauwarah) untuk mememukan solusi, dengan keputusan yang menghilangkan dampak negatif dan bukan atas dasar kepentingan kaum borjuis semata. karena itu, “aina wa’a huru ro mbao, aina nono nocu nono aru” (jangan gegabah, jangan terburu nafsu, agar hasilnya nanti dapat menentramkan/membahagiakan) hal 21. Sehingga dengan adanya musyauwarah memberikan keadilan bersama dan keuntungan bersama sesuai dengan harapan serta kepentingan kepentingan individu dijauhkan untuk kemaslahatan ummat.

 Jalan yang di tempuh oleh pemerintah  dalam penyelenggaraan negara sebenarnya adalah sifatnya adalah saling tolong-menolong dengan memandang semua umat manusia (Pluralisme) untuk masyarakat, agama, dan negara, karena ukuran kebahagiaan yaitu kesejahteraan dan kenyamanan dengan prinsip moralitas (akhlak). Sepeti :
“Ketimpangan-ketimpangan sosial dalam masyarakat, hanya dapat di atasi dengan jalan saling tolong-menolong dan salin bantu membantu” (hal 25).

Dalam tolong menolong dengan tujuan mendapatkan keadilan bersama serta dianjurkan berlaku adil antar sesama ummat manusia karena keadilan merupakan manifestasi dari keluhuran budi manusia sehingga melahirkan kebersamaan persaudaraan dan kasih sayang untuk sesama. 

    Rasa solidaritas perlu ditumbu kembangkan oleh pemerintah kepada masyarakat sebagai rasa kemausiaan yang harus di budidayakan. Nilai-nilai rasa solidaritas semua ajaran agama mengajarkan hal yang sama, bahkan ketika membuka kembali lembaran sejarah hidup para Nabi SAW separuh harta dan tenaganya untuk ummat manusia (akhlak).

    Hidup kita ini bukan perlombaan, tapi bagaimana seharusnya berbuat dengan berusaha sebisa mungkin karena tidak selamanya berunjung nilai, jadi banyak hal yang bisa mendewasakan kita entah sebagai jiwa kemanusiaan atau bersifat intelektual serta memprioriraskan diri dalam melakukan rekonstruksi ke arah pendewasaan. Begitupun kita ketika merumuskan program kerja jangan sampai merumusan dalam bentuk jangka pendek yang dinikmati oleh satu periode tapi bagaiman merumuskan untuk jangka panjang yang bernilai dan berbobot. 

    Nilai-nilai luhur yang di inspirasikan dalam buku ini bisa dimanifestasikan oleh pemilu 2014 untuk para pemimpin, memiliki sifat utama, jauh dari sifat-sifat yang dapat memerosotkan harkat dan martabat diri kita sebagai manusia. Jadi Orang bima pada umumnya memiliki Fitual (Filsafat Hidup) dan salah satu yang termuat di buku ini. Untuk itu perlu adanya pembina, memelihara, melindungi dan mengawasi umat manusia sebagai tanggung jawab bersama, dalam kehidupan sosial, pendidikan, budaya, politik, hukum, agama dan negara.

    Perlu mewujudkan kekuatan baru dalam masyarakat, kemudian kebersamaan baru untuk dikembangkan oleh pribadi-pribadi yang diliputi dengan suasana kasih sayang, persamaan hak , gotong royong, persaudaraan, bebas dari penindasan, ketidakadilan di jauhi, dan pemerasan di tumbangkan. Dengan persatuan bisa menumbang kekuasaan manapun dan kebudayaanya yang tinggi  untuk keadilan kemanusiaan dan serta mendirikan kemerdekaaan nilai ummat, untuk seluruh ummat manusia dan NKRI menjadi harga mati.

Jadi perlu kita sebagai anak bangsa mematuhi nilai pancasila serta UUD 1945 dan keyaan kebudayaa merubah cara pandang ke arah Kedewasaan berpikir, harus di kembangkan kembali serta dilestarikan setiap ummat manusia, masyarakat mendambakan pemimpin-pemimpin yang sinergis dengan semangat juangnya bisa melakukan kontribusi langsung kepada masyarakat sebagai satu kesatuan integrasi (Persatuan) ummat, Sehingga ukuran besarnya suatu Bangsa ketika menghasilkan kesejahteraan masyarakat seutuhnya. 



Judul Buku     : Maja Ro Dahu (Konsep Harga Diri Komunitas Mbojo, NTB) Sebuah Kontribusi Bagi Terhapusnya Kekerasan Di Indonesia
Penulis     : Abdul Malik Mahmud Hasan
Penerbitan     : Yayasan Nuansa Nusa (Yansa) Yogyakarta
Tahun Terbut     : 2012
Tebal         : 58 Hal
Peresensi     : Sulaiman (Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)


SHARE :
CB Blogger

Posting Komentar

 
Copyright © 2008 fimny. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by www.phylopop.com